
The Godfather Part II, Saat Warisan Keluarga Berubah Jadi Kutukan
Di The Godfather Part II, Michael Corleone masuk lebih dalam ke dalam bayang-bayang gelap yang menghantui hidupnya. Dulu, kita mengenal Michael sebagai anak Don Vito yang cerdas dan penuh harapan. Namun, kini kita melihat perubahan drastis pada dirinya: menjadi pria yang dingin, penuh ambisi, dan semakin terobsesi dengan kekuasaan. Film ini membawa kita berkelana melalui kenangan masa lalu yang penuh kehangatan keluarga, lalu beralih ke sosok Michael yang sudah paruh baya—kejam, tertutup, dan sangat kesepian. Dia jelas adalah karakter yang tragis.
Saga keluarga Corleone, yang digarap oleh Francis Ford Coppola dan Mario Puzo, bisa dibilang adalah kisah sukses yang berbalik arah. Aneh rasanya, The Godfather dan sekuelnya ini seolah masuk dalam kategori kisah pencapaian imigran di Amerika, seperti The Emigrants atau The New Land. Dulu, keluarga Corleone adalah orang-orang yang bekerja keras, ambisius, dan setia. Mereka mulai dari bawah, hingga akhirnya menjadi organisasi mafia terbesar di negara ini. Sayangnya, kalau saja bisnis mereka bukan kejahatan, siapa tahu ini bisa jadi inspirasi buat kita semua.
Coppola tampaknya punya pandangan yang ambivalen soal materi ini. Don Vito Corleone, yang diperankan oleh Marlon Brando di The Godfather, adalah sosok yang terhormat dan penuh martabat. Rasanya susah untuk nggak bersimpati padanya, terutama saat dia bermain dengan cucunya di taman, merasakan kedamaian setelah seumur hidup yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan. Tapi, sebenarnya, bagaimana sih kita seharusnya memandangnya? Apa sebenarnya pandangan Coppola terhadap The Godfather ini?
Don Vito dan Michael: Cerita yang Terpisah, Tapi Tersambung
The Godfather Part II bergerak maju mundur, menghubungkan cerita dari film pertama dengan kilas balik yang memperlihatkan kehidupan Don Vito muda. Don Vito, yang diperankan oleh Robert De Niro, datang ke Amerika setelah keluarganya dibunuh oleh mafia di Sisilia. Dari situ, ia mulai membangun karir kriminalnya. Sekitar seperempat film ini menceritakan kisah Don Vito muda, sementara sisanya fokus pada Michael yang sekarang sudah memimpin bisnis keluarga setelah ayahnya meninggal. Michael berusaha mengkonsolidasi kekuasaan di Nevada, serta berencana memperluas bisnisnya ke Florida dan Kuba. Al Pacino kembali memerankan Michael dengan luar biasa, sementara karakter-karakter lain seperti Tom Hagen (Robert Duvall), Kay (Diane Keaton), dan Fredo (John Cazale) juga memberi warna pada cerita.
Coppola, seperti di film pertama, benar-benar jago dalam menciptakan atmosfer dan nuansa waktu. Cara bercerita yang cerdik ini bikin penonton harus berpikir aktif. Saat Michael berusaha mencari siapa yang mengkhianatinya, dia harus memutarbalikkan cerita dan memberi informasi yang berbeda pada orang yang berbeda. Penonton pun ikut berpikir, memilah-milah mana yang benar dan mana yang bohong.
Michael Corleone: Dari Pemimpin Keluarga ke Kesepian
Al Pacino benar-benar membawakan karakter Michael dengan luar biasa. Michael yang awalnya ingin membuat bisnis keluarga sah, akhirnya justru semakin terjerumus dalam kebohongan, pengkhianatan, dan kekerasan. Di akhir film, Michael hampir ditinggalkan oleh semua orang, kecuali mereka yang bekerja untuknya dan takut padanya. Michael jadi sosok yang sangat kesepian.
Namun, yang membuat Michael tragis bukan cuma karena dia menjadi pembunuh berdarah dingin, tapi lebih karena kesombongannya. Dia kehilangan sentuhan kemanusiaannya, rasa hormat yang dulu seharusnya diwariskan oleh ayahnya, Don Vito. Karena dia salah mengelola kemanusiaannya, Michael harus menanggung penderitaan yang besar.
Kehilangan Sentuhan Kemanusiaan: Perbandingan Antara Don Vito dan Michael
Coppola dengan cerdas mengajak kita untuk membandingkan Don Vito yang penuh martabat dengan Michael yang semakin tenggelam dalam dunia kekuasaan yang rapuh. Dalam kilas balik ke masa muda Don Vito, kita bisa melihat bahwa dia bukan sekadar gangster biasa—dia juga berjuang untuk orang-orang tertindas, seperti saat dia membela seorang janda miskin. Don Vito lebih mirip kapten polisi daripada bos mafia. Kalau saja Michael punya sentuhan kemanusiaan seperti itu, mungkin semuanya akan berbeda.
Masalah Struktural dalam Film
Meski Coppola penuh dengan ide brilian, The Godfather Part II nggak sepenuhnya berhasil menyatukan semuanya. Film ini, meskipun penuh dengan adegan keren dan akting luar biasa, terasa agak terhambat karena cara penyampaian cerita yang terpecah-pecah. Beberapa adegan terasa kurang relevan (misalnya yang di Kuba, kurang dijelaskan dengan baik), dan beberapa plot terasa kabur (siapa sebenarnya yang memerintahkan percobaan pembunuhan di Brooklyn?).
Tapi meskipun ada kekurangan itu, tetap ada momen-momen besar di film ini. Salah satunya adalah pesta komuni pertama anak Michael yang disutradarai dengan sangat cerdas sebagai perbandingan dengan adegan pernikahan di film pertama. Ada juga penampilan Lee Strasberg sebagai Hyman Roth, yang berhasil menampilkan karakter yang terlihat lembut tapi sebenarnya sangat keras. Dan tentu saja, Al Pacino yang bisa menyampaikan banyak perasaan tanpa harus mengucapkan banyak kata.
Kesimpulan
Di akhir cerita, meskipun The Godfather Part II punya banyak momen menonjol dan akting yang brilian, film ini nggak sepenuhnya berhasil menyatukan cerita kompleksnya dengan cara yang memuaskan. Adegan-adegan yang indah dan penampilan aktor yang luar biasa kadang terhambat oleh ketegangan yang terpecah-pecah dan plot yang agak kabur. Film ini mungkin nggak sebrilian film pertama, tapi tetap layak untuk dinikmati dan direnungkan, terutama buat yang penasaran dengan perjalanan tragis seorang pemimpin keluarga mafia.
detama
18 Mei 2025
Sebuah film yang ngena banget… antara lucu, sedih, absurd, tapi bikin hangat di hati. Kirain Komedi, Ternyata Lebih dari Itu Jujur ya, pas awal nonton Forrest Gump, gue pikir ini film komedi yang santai dan ringan. Tapi ternyata, makin lama makin sadar: ini bukan cuma soal ketawa-ketawa. Ini film yang dalam, yang bisa bikin ketawa …
detama
17 Mei 2025
Siapa sih yang nggak kenal dengan The Lord of the Rings? Kalau kamu penggemar cerita fantasi, pastinya tahu dong soal karya epik J.R.R. Tolkien yang satu ini. Nah, di dalam dunia Tolkien, ada satu kelompok makhluk yang menurut gue cukup menarik, yaitu kaum Hobbit. Mereka ini digambarkan sebagai makhluk kecil, baik hati, lincah, dan penuh …
detama
11 Mei 2025
Ada momen-momen ajaib dalam hidup di mana kamu nonton sebuah film, terus begitu lampu dinyalain, kamu ngerasa kayak baru keluar dari dunia lain. Gue ngalamin itu waktu pertama kali nonton Pulp Fiction. Film ini bukan cuma sekadar tontonan, tapi kayak roller coaster absurd yang muter-muterin kepala lo sambil nyodorin burger, darah, dan referensi pop culture …
detama
09 Mei 2025
Di awal Perang Dunia II, Schindler ngelihat peluang. Dia pindah ke Polandia, buka pabrik, dan mulai mempekerjakan orang Yahudi karena upah mereka murah banget. Semua murni buat bisnis. Tapi di akhir perang, dia malah mengorbankan semua hartanya demi nyelamatin pekerja-pekerjanya dari kematian. Bahkan dia sampai nipu Nazi pakai pabrik palsu yang seolah-olah bikin amunisi—padahal nggak …
detama
06 Mei 2025
Akhirnya, kita sampai juga di penghujung trilogi Lord of the Rings dengan Return of the King. Kalau gue sih lebih suka ngelihat keseluruhan trilogi ini daripada cuma bagian-bagiannya aja. Meskipun film kedua, The Two Towers, menurut gue agak kehilangan arah dan agak bikin bingung, Return of the King benar-benar berhasil ngejeretin semua karakter ke takdir …
detama
06 Mei 2025
Kalau kamu suka film yang bisa bikin otak kamu berpikir dan enggak cuma buat hiburan semata, 12 Angry Men ini wajib banget masuk daftar tonton. Dirilis tahun 1957, film ini bener-bener beda dari film drama ruang sidang kebanyakan. Cuma di satu ruangan kecil, dengan 12 juri yang ribut soal nasib seorang pemuda yang dituduh membunuh …
05 Mei 2025 57 views
“Batman” nggak cuma sekadar buku komik lagi, bro. “The Dark Knight” karya Christopher Nolan itu udah jadi film yang ngalahin asal-usulnya, bahkan jadi sebuah tragedi yang bikin kita terpukau. Film ini nggak cuma bikin kita peduli sama karakternya, tapi juga karena akting, arahan, penulisan, dan kualitas teknisnya yang luar biasa. Film ini, bersama “Iron Man” …
05 Mei 2025 56 views
Kalau kamu suka film yang bikin mikir berkali-kali, penuh twist, atau punya visual yang keren banget, nama Christopher Nolan pasti udah nggak asing lagi. Sutradara dan penulis asal Inggris ini memang dikenal karena gaya penceritaannya yang nggak biasa dan visual yang gelap tapi artistik banget. Beberapa filmnya yang paling ngehits antara lain Inception (2010), Interstellar …
06 Mei 2025 54 views
Al Pacino, lahir 25 April 1940 di New York, adalah salah satu aktor paling ikonik di Hollywood. Gaya aktingnya yang intens dan penuh emosi membuatnya dikenal sebagai aktor dengan energi eksplosif yang sulit dilupakan. Kariernya yang panjang dan beragam telah menghasilkan sejumlah film klasik dan prestasi luar biasa yang membuatnya tetap relevan di dunia hiburan …
06 Mei 2025 54 views
J.R.R. Tolkien, siapa yang nggak kenal sama nama besar ini? Penulis asal Inggris yang lahir pada 3 Januari 1892 di Bloemfontein, Afrika Selatan, dan meninggal pada 2 September 1973 ini adalah sosok di balik karya-karya epik yang mengubah wajah dunia sastra modern. Buku-bukunya yang paling terkenal, The Hobbit (1937) dan The Lord of the Rings …
05 Mei 2025 52 views
Francis Ford Coppola, siapa yang nggak kenal dengan sutradara legendaris satu ini? Bagi kalian yang sering nonton film klasik atau punya minat di dunia perfilman, nama Coppola pasti nggak asing lagi. Sutradara yang lahir pada 7 April 1939 ini, udah melahirkan banyak karya ikonik sepanjang kariernya. Di bawah ini, ada beberapa fakta menarik tentang perjalanan …
Comments are not available at the moment.