Terungkap! Kenapa ‘The Godfather’ Bikin Kamu Simpati Sama Mafia
Home » Ulasan FIlm » Terungkap! Kenapa ‘The Godfather’ Bikin Kamu Simpati Sama Mafia

Terungkap! Kenapa ‘The Godfather’ Bikin Kamu Simpati Sama Mafia

detama 05 Mei 2025 47

“The Godfather” tuh bener-bener sebuah dunia yang tertutup banget, ya. Ceritanya mengajak kita masuk ke dalam dunia yang kelam, penuh dengan intrik dan loyalitas, tapi dengan cara yang bikin kita malah ikut simpati sama karakter-karakter yang sebenarnya jahat. Mario Puzo dan Francis Ford Coppola berhasil banget bikin kita mempertimbangkan Mafia dengan perspektif yang berbeda, berdasarkan aturan main mereka sendiri. Don Vito Corleone (diperanin sama Marlon Brando) tampil sebagai sosok yang justru kita kagumi, meskipun dia tuh penjahat seumur hidup. Sepanjang film, dia nggak pernah ngelakuin sesuatu yang bener-bener bikin kita ngerasa dia salah banget.

Terungkap! Kenapa ‘The Godfather’ Bikin Kamu Simpati Sama Mafia

Yang bikin film ini menarik adalah, kita nggak pernah ngeliat korban Mafia di luar dunia mereka. Gak ada wanita yang jadi korban prostitusi, gak ada orang yang hidupnya hancur karena judi atau penipuan. Polisi yang ada pun justru koruptor. Sebaliknya, cerita ini memperlihatkan Mafia dari dalam, dari perspektif mereka sendiri. Di dunia Godfather, satu-satunya yang dianggap “penjahat” adalah pengkhianat. Dan satu prinsip yang dipegang banget dalam keluarga ini: “Jangan pernah memihak keluarga.”

Salah satu adegan pertama yang memorable itu dimulai di ruang gelap. Lagi-lagi, ada permintaan dari seorang pria yang meminta balas dendam karena putrinya diperkosa. Tapi bukannya datang ke polisi, dia malah datang ke Don Vito. Jawaban Don Vito yang ikonik itu langsung bikin kita ngerti banget gimana dia memandang dunia: “Kenapa kau pergi ke polisi? Kenapa tidak datang ke aku lebih dulu?” Itu adalah dasar dari film ini, prinsip keluarga yang lebih penting dari segalanya.

Di balik film ini, kita juga ngeliat banyak karakter yang punya cerita masing-masing. Adegan pertama itu, meskipun dari luar terlihat kayak cuma pernikahan biasa, tapi dari sini kita mulai kenalan sama karakter-karakter utamanya. Coppola tuh pinter banget, setiap gerakan dan dialognya bener-bener dipikirkan buat ngungkapin karakter dan tema utama. Misalnya, permintaan Johnny Fontane yang terbayar di Hollywood, atau bahkan momen tragis saat kuda pacu itu jadi simbol dari kekuasaan Mafia.

Nah, ada satu trivia yang menarik nih. Kamu tahu gak siapa nama istri Vito? Dia muncul cuma sebagai bayangan, nggak banyak ngaruh dalam cerita. Bahkan Connie, putri Vito, tuh diabaikan banget, suaminya gak pernah diizinin masuk ke bisnis keluarga. Sepertinya, peran wanita di “The Godfather” memang agak terbatas, ya.

Ironisnya, judul “The Godfather” itu nggak merujuk ke Don Vito, tapi malah ke Michael, anaknya. Awalnya Michael tuh gak tertarik dengan bisnis keluarga, malah pengen hidup normal dan nikah sama Kay (Diane Keaton). Tapi, titik baliknya terjadi saat dia ngelindungin ayahnya dan bertekad buat tetap setia sama keluarga.

Dari segi sinematografi, “The Godfather” itu luar biasa. Gordon Willis yang bertanggung jawab atas pencahayaan dan suasana gelapnya tuh bener-bener cerminan dari dunia kelam yang dibangun di dalam film. Wajah-wajah para aktor utamanya—Brando, Pacino, Caan, Duvall—itu semua menggambarkan karakternya masing-masing, gak cuma dari dialog, tapi dari ekspresi wajah yang penuh makna.

Dan ya, Brando sebagai Don Vito, meskipun sering ditiru orang, tapi dia berhasil banget memerankan karakter ini dengan sangat kuat. Pacino juga nggak kalah keren, dia memerankan Michael dengan hati-hati, pelan-pelan berubah dari yang tadinya gak mau terlibat, jadi sosok yang akhirnya memimpin keluarga itu.

Musiknya, yang diciptain sama Nino Rota, menambah kesan mendalam dari film ini. Tema utama yang sedih dan penuh nostalgia itu ngasih kita rasa bahwa dunia ini bakal lebih baik kalau kita dengerin Godfather—karena di dunia itu, kesetiaan keluarga lebih penting dari apapun.

Trailer The Godfather (1972)

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Forrest Gump, Film yang Bikin Kita Bertanya-tanya, “Sebenernya, Siapa yang Pintar di Dunia Ini?”

detama

18 Mei 2025

Sebuah film yang ngena banget… antara lucu, sedih, absurd, tapi bikin hangat di hati. Kirain Komedi, Ternyata Lebih dari Itu Jujur ya, pas awal nonton Forrest Gump, gue pikir ini film komedi yang santai dan ringan. Tapi ternyata, makin lama makin sadar: ini bukan cuma soal ketawa-ketawa. Ini film yang dalam, yang bisa bikin ketawa …

Ini Alasan Kenapa The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring Bikin Penggemar Tolkien Terkejut!

detama

17 Mei 2025

Siapa sih yang nggak kenal dengan The Lord of the Rings? Kalau kamu penggemar cerita fantasi, pastinya tahu dong soal karya epik J.R.R. Tolkien yang satu ini. Nah, di dalam dunia Tolkien, ada satu kelompok makhluk yang menurut gue cukup menarik, yaitu kaum Hobbit. Mereka ini digambarkan sebagai makhluk kecil, baik hati, lincah, dan penuh …

Mau Nonton Film yang Bikin Otak Lo Berputar? Ini Dia Pulp Fiction, Keajaiban Tarantino!

detama

11 Mei 2025

Ada momen-momen ajaib dalam hidup di mana kamu nonton sebuah film, terus begitu lampu dinyalain, kamu ngerasa kayak baru keluar dari dunia lain. Gue ngalamin itu waktu pertama kali nonton Pulp Fiction. Film ini bukan cuma sekadar tontonan, tapi kayak roller coaster absurd yang muter-muterin kepala lo sambil nyodorin burger, darah, dan referensi pop culture …

Dulu Cuma Cari Untung, Sekarang Jadi Pahlawan! Kisah Gila Oskar Schindler di Film Schindler’s List

detama

09 Mei 2025

Di awal Perang Dunia II, Schindler ngelihat peluang. Dia pindah ke Polandia, buka pabrik, dan mulai mempekerjakan orang Yahudi karena upah mereka murah banget. Semua murni buat bisnis. Tapi di akhir perang, dia malah mengorbankan semua hartanya demi nyelamatin pekerja-pekerjanya dari kematian. Bahkan dia sampai nipu Nazi pakai pabrik palsu yang seolah-olah bikin amunisi—padahal nggak …

Akhir yang Epik dan Keindahan “Return of the King” dalam Trilogi Lord of the Rings

detama

06 Mei 2025

Akhirnya, kita sampai juga di penghujung trilogi Lord of the Rings dengan Return of the King. Kalau gue sih lebih suka ngelihat keseluruhan trilogi ini daripada cuma bagian-bagiannya aja. Meskipun film kedua, The Two Towers, menurut gue agak kehilangan arah dan agak bikin bingung, Return of the King benar-benar berhasil ngejeretin semua karakter ke takdir …

12 Angry Men! Kenapa Film Klasik Ini Bisa Mengubah Cara Pandangmu Tentang Keadilan

detama

06 Mei 2025

Kalau kamu suka film yang bisa bikin otak kamu berpikir dan enggak cuma buat hiburan semata, 12 Angry Men ini wajib banget masuk daftar tonton. Dirilis tahun 1957, film ini bener-bener beda dari film drama ruang sidang kebanyakan. Cuma di satu ruangan kecil, dengan 12 juri yang ribut soal nasib seorang pemuda yang dituduh membunuh …