Dulu Cuma Cari Untung, Sekarang Jadi Pahlawan! Kisah Gila Oskar Schindler di Film Schindler’s List
Home » Ulasan FIlm » Dulu Cuma Cari Untung, Sekarang Jadi Pahlawan! Kisah Gila Oskar Schindler di Film Schindler’s List

Dulu Cuma Cari Untung, Sekarang Jadi Pahlawan! Kisah Gila Oskar Schindler di Film Schindler’s List

detama 09 Mei 2025 37

Di awal Perang Dunia II, Schindler ngelihat peluang. Dia pindah ke Polandia, buka pabrik, dan mulai mempekerjakan orang Yahudi karena upah mereka murah banget. Semua murni buat bisnis. Tapi di akhir perang, dia malah mengorbankan semua hartanya demi nyelamatin pekerja-pekerjanya dari kematian. Bahkan dia sampai nipu Nazi pakai pabrik palsu yang seolah-olah bikin amunisi—padahal nggak ada satu peluru pun yang bisa dipakai.

Nggak Ada Jawaban yang Pasti

Apa yang bikin dia berubah? Kenapa orang yang awalnya cuma mikirin duit, tiba-tiba jadi pahlawan? Nah, film Schindler’s List garapan Steven Spielberg nggak ngasih jawaban pasti. Dan itu justru keren banget. Nggak ada monolog dramatis atau momen “aha!” yang klise. Spielberg tahu kalau jawaban pasti mungkin justru merusak misteri besar dalam diri Schindler.

Karakter yang Nempel di Kepala

Liam Neeson berperan sebagai Schindler—tinggi, berwibawa, dandanan selalu necis, suka traktir perwira Nazi, dan ngerti banget cara main di sistem korup. Tapi dia nggak sendirian. Ada Itzhak Stern (diperankan Ben Kingsley), akuntan Yahudi yang kalem tapi cerdas. Stern yang diam-diam mulai menyelipkan nama-nama tahanan Yahudi ke dalam daftar karyawan pabrik Schindler. Pabrik itu jadi tempat aman, karena dianggap bagian dari industri perang.

Nggak Ada Dialog Besar, Tapi Kita Tahu Mereka Mengerti

Yang menarik, hubungan antara Schindler dan Stern dibangun pelan-pelan. Mereka nggak pernah ngobrol panjang soal “menyelamatkan orang”. Tapi kita tahu dari tatapan, gestur, dan cara mereka bekerja—mereka saling ngerti. Dan kadang, dalam situasi kayak gitu, kata-kata justru bisa membahayakan nyawa.

Sisi Gelap yang Diperlihatkan Tanpa Sensor

Spielberg nggak takut buat nunjukin betapa kejam dan gilanya Holocaust. Lewat karakter Amon Goeth (Ralph Fiennes), kita disuguhkan potret kengerian. Goeth nembakin tahanan Yahudi dari balkon rumahnya kayak orang main tembak-tembakan. Dan parahnya lagi, dia jatuh cinta sama tahanan wanita, Helen Hirsch—jadi sisi kemanusiaannya yang twisted banget. Nggak ada logika. Hanya kekuasaan dan kekejaman.

Adegan Paling Berani: Masuk Auschwitz

Salah satu adegan yang paling bikin deg-degan adalah waktu kereta penuh pekerja Yahudi nyasar ke Auschwitz. Schindler langsung ke sana, masuk ke kamp yang jadi simbol kematian, dan nego langsung sama petugas buat ngeluarin mereka. Ini adegan yang nunjukin: dia mungkin bukan orang baik sejak awal, tapi dia rela ngelakuin apa pun buat mereka yang dia lindungi.

Spielberg yang “Menghilang” Tapi Tetap Terasa

Biasanya Spielberg punya gaya penyutradaraan yang khas. Tapi di film ini, dia “menghilang”. Nggak ada gaya lebay, nggak ada dramatisasi yang maksa. Semua disampaikan dengan tenang, jujur, dan penuh rasa hormat. Warna hitam putih, lokasi asli, sinematografi yang realistis—semua bikin kita merasa kayak beneran ada di sana.

Akhir yang Bikin Tersentuh

Di bagian akhir film, kita ngelihat langsung para penyintas asli, “Yahudi Schindler”, bareng keturunan mereka. Sekarang jumlah mereka sekitar 6.000 orang—padahal populasi Yahudi di Polandia cuma sekitar 4.000. Artinya, satu orang yang bertindak bisa ngasih dampak yang luar biasa.

Pelajaran dari Schindler: Nggak Harus Sempurna Untuk Melakukan Hal Besar

Oskar Schindler bukan orang suci. Dia punya banyak kekurangan. Tapi justru karena dia manusia biasa yang kadang ngawur, kadang nekat, dia bisa melakukan sesuatu yang nggak semua orang berani lakukan. Mungkin, justru butuh orang seperti itu—yang nggak terlalu banyak mikir risiko—buat bisa bertindak ketika yang lain cuma diam.

Penutup: Cerita yang Nggak Perlu Dikhutbahin

Penulis Prancis Flaubert pernah bilang, kalau kamu mau nunjukin betapa kejamnya sesuatu, kamu nggak perlu berkhotbah. Tunjukin aja. Dan Spielberg melakukan itu. Tanpa pidato moral, tanpa paksaan drama, dia bercerita. Dan kita, para penonton, jadi saksi betapa dalamnya kemanusiaan bisa muncul… bahkan dari seseorang yang awalnya cuma pengusaha mata duitan.

Trailer Schindler’s List

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Forrest Gump, Film yang Bikin Kita Bertanya-tanya, “Sebenernya, Siapa yang Pintar di Dunia Ini?”

detama

18 Mei 2025

Sebuah film yang ngena banget… antara lucu, sedih, absurd, tapi bikin hangat di hati. Kirain Komedi, Ternyata Lebih dari Itu Jujur ya, pas awal nonton Forrest Gump, gue pikir ini film komedi yang santai dan ringan. Tapi ternyata, makin lama makin sadar: ini bukan cuma soal ketawa-ketawa. Ini film yang dalam, yang bisa bikin ketawa …

Ini Alasan Kenapa The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring Bikin Penggemar Tolkien Terkejut!

detama

17 Mei 2025

Siapa sih yang nggak kenal dengan The Lord of the Rings? Kalau kamu penggemar cerita fantasi, pastinya tahu dong soal karya epik J.R.R. Tolkien yang satu ini. Nah, di dalam dunia Tolkien, ada satu kelompok makhluk yang menurut gue cukup menarik, yaitu kaum Hobbit. Mereka ini digambarkan sebagai makhluk kecil, baik hati, lincah, dan penuh …

Mau Nonton Film yang Bikin Otak Lo Berputar? Ini Dia Pulp Fiction, Keajaiban Tarantino!

detama

11 Mei 2025

Ada momen-momen ajaib dalam hidup di mana kamu nonton sebuah film, terus begitu lampu dinyalain, kamu ngerasa kayak baru keluar dari dunia lain. Gue ngalamin itu waktu pertama kali nonton Pulp Fiction. Film ini bukan cuma sekadar tontonan, tapi kayak roller coaster absurd yang muter-muterin kepala lo sambil nyodorin burger, darah, dan referensi pop culture …

Akhir yang Epik dan Keindahan “Return of the King” dalam Trilogi Lord of the Rings

detama

06 Mei 2025

Akhirnya, kita sampai juga di penghujung trilogi Lord of the Rings dengan Return of the King. Kalau gue sih lebih suka ngelihat keseluruhan trilogi ini daripada cuma bagian-bagiannya aja. Meskipun film kedua, The Two Towers, menurut gue agak kehilangan arah dan agak bikin bingung, Return of the King benar-benar berhasil ngejeretin semua karakter ke takdir …

12 Angry Men! Kenapa Film Klasik Ini Bisa Mengubah Cara Pandangmu Tentang Keadilan

detama

06 Mei 2025

Kalau kamu suka film yang bisa bikin otak kamu berpikir dan enggak cuma buat hiburan semata, 12 Angry Men ini wajib banget masuk daftar tonton. Dirilis tahun 1957, film ini bener-bener beda dari film drama ruang sidang kebanyakan. Cuma di satu ruangan kecil, dengan 12 juri yang ribut soal nasib seorang pemuda yang dituduh membunuh …

The Godfather Part II, Saat Warisan Keluarga Berubah Jadi Kutukan

detama

05 Mei 2025

Di The Godfather Part II, Michael Corleone masuk lebih dalam ke dalam bayang-bayang gelap yang menghantui hidupnya. Dulu, kita mengenal Michael sebagai anak Don Vito yang cerdas dan penuh harapan. Namun, kini kita melihat perubahan drastis pada dirinya: menjadi pria yang dingin, penuh ambisi, dan semakin terobsesi dengan kekuasaan. Film ini membawa kita berkelana melalui …